Dalam sebuah pernyataan mengejutkan, Jenderal tertinggi Amerika Serikat dari Komando Strategis AS mengakui bahwa pihak militer tidak menggunakan bom penghancur bunker GBU-57 terhadap situs nuklir Iran di Isfahan. Alasannya? Bom seberat 13.600 kg tersebut dinilai tidak cukup efektif menembus sistem pertahanan dan kedalaman fasilitas nuklir bawah tanah Iran.
Pernyataan ini disampaikan dalam sidang dengar pendapat terbuka di Senat AS, menyusul meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran dalam beberapa bulan terakhir.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
💣 Apa Itu GBU-57?
GBU-57 Massive Ordnance Penetrator (MOP) merupakan senjata konvensional paling kuat milik AS yang dirancang untuk menghancurkan fasilitas bawah tanah yang diperkuat, termasuk bunker dan situs nuklir tersembunyi.
Namun, menurut Jenderal tersebut, struktur bawah tanah Isfahan terlalu dalam dan diperkuat dengan teknologi modern, sehingga efektivitas MOP diragukan tanpa adanya data intelijen presisi dan serangan pendukung secara simultan.
“Kami menilai bahwa penggunaan GBU-57 terhadap situs di Isfahan tidak akan menghasilkan efek strategis yang diharapkan. Risiko terlalu besar untuk hasil yang belum pasti,” ujar sang Jenderal.
🛑 Strategi Baru: Serangan Siber dan Intelijen
Sebagai pengganti penggunaan senjata konvensional, AS dikabarkan lebih memilih strategi non-kinetik, termasuk serangan siber, sabotase elektronik, dan infiltrasi intelijen untuk melumpuhkan sistem pengayaan uranium Iran.
Isfahan sendiri dikenal sebagai pusat riset dan pengolahan bahan nuklir yang sangat dijaga. Situs ini berada dalam lapisan beton bertingkat dan beberapa bagian bahkan terletak lebih dari 100 meter di bawah permukaan tanah.
🔥 Ketegangan Geopolitik Memanas
Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan tinggi antara Iran dan Barat menyusul dugaan bahwa Teheran kembali mengakselerasi pengayaan uranium hingga mendekati level senjata nuklir. Langkah ini membuat AS dan Israel semakin gelisah, sementara negosiasi nuklir yang dimediasi Eropa masih mandek sejak akhir 2024.
Iran sendiri telah menyatakan bahwa semua program nuklir mereka bertujuan damai, dan mengancam akan membalas setiap tindakan militer dengan “respon besar-besaran.”
🧠 Analisis: AS Lebih Hati-Hati dari Sebelumnya
Pengakuan terbuka dari militer AS menunjukkan adanya perubahan pendekatan dalam konflik modern. Alih-alih mengandalkan bom super seperti GBU-57, strategi baru mengutamakan operasi presisi, minim eskalasi terbuka, dan pengaruh jangka panjang melalui jalur non-konvensional.
Menurut pakar pertahanan dari RAND Corporation, langkah ini mencerminkan:
-
Kekhawatiran akan dampak diplomatik dan ekonomi jika operasi terbuka dilakukan
-
Peningkatan kemampuan pertahanan bawah tanah Iran
-
Pengaruh opini publik domestik dan internasional yang tidak ingin terlibat dalam perang baru di Timur Tengah
🏁 Penutup
Pernyataan Jenderal AS bahwa GBU-57 tak lagi dianggap solusi atas ancaman nuklir Iran menandai babak baru dalam taktik militer global. Senjata super bukan jaminan keberhasilan, apalagi menghadapi musuh dengan teknologi perlindungan canggih dan kalkulasi politik yang kompleks.
Dalam lanskap geopolitik saat ini, kecerdasan strategi dan permainan bayangan tampaknya lebih diutamakan daripada ledakan besar.