
Pasangan ganda putra Indonesia, Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto, yang selama ini dikenal sebagai salah satu andalan bulutangkis Tanah Air, mengumumkan tekad mereka untuk menutup perjalanan karier di level internasional dengan penuh kebanggaan. Keduanya dipastikan akan tampil di Kejuaraan Dunia BWF 2025 yang digelar di Paris, sekaligus menjadi ajang terakhir sebelum resmi gantung raket. Keputusan ini tentu menimbulkan rasa haru dan bangga, mengingat Fajar/Rian telah menjadi ikon kebangkitan ganda putra Indonesia dalam satu dekade terakhir.
Dalam wawancara bersama media, Fajar mengungkapkan bahwa keputusan untuk pensiun diambil setelah melalui banyak pertimbangan. Faktor fisik yang mulai menurun serta regenerasi atlet muda menjadi alasan utama. “Kami sudah memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Kini saatnya memberi kesempatan untuk generasi penerus,” ujarnya. Rian menambahkan bahwa mereka ingin mengakhiri karier dengan sebuah prestasi manis, yakni mempersembahkan medali emas di Kejuaraan Dunia, sesuatu yang belum pernah mereka raih sebelumnya.
Sejak dipasangkan pada tahun 2014, Fajar/Rian telah mengukir banyak prestasi bergengsi. Mereka pernah menjuarai turnamen-turnamen besar seperti All England, Indonesia Open, hingga Asian Games. Pasangan ini juga dikenal karena kekompakan dan daya juang tinggi di lapangan. Tidak sedikit laga yang berhasil mereka menangkan dengan dramatis, membuat mereka mendapat tempat khusus di hati para penggemar bulutangkis Indonesia. Oleh karena itu, keputusan pensiun keduanya menimbulkan rasa kehilangan yang besar bagi pecinta olahraga.
Pelatih ganda putra PBSI, Herry Iman Pierngadi, menyatakan rasa bangganya terhadap dedikasi Fajar/Rian. Menurutnya, meski tidak selalu berada di puncak ranking dunia, keduanya berhasil menjaga konsistensi di level elit internasional. “Fajar/Rian adalah aset berharga yang memberi warna berbeda di sektor ganda putra. Semoga mereka bisa menutup karier dengan prestasi terbaik,” ujarnya. PBSI sendiri memastikan akan memberikan penghargaan khusus untuk keduanya sebagai bentuk apresiasi.
Publik bulutangkis di Indonesia menyambut kabar ini dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, banyak yang merasa sedih karena tidak akan lagi melihat aksi heroik Fajar/Rian di lapangan. Namun di sisi lain, mereka juga bangga karena pasangan ini memilih pensiun dengan cara terhormat, bukan karena keterpurukan prestasi. Para fans berharap Fajar dan Rian tetap bisa berkontribusi bagi dunia bulutangkis, misalnya sebagai pelatih atau mentor bagi atlet muda.
Menjelang kejuaraan dunia, Fajar/Rian menjalani persiapan intensif di pelatnas Cipayung. Latihan fisik, teknik, hingga simulasi pertandingan dijalankan dengan serius karena keduanya ingin tampil tanpa beban. Mereka mengaku ingin bermain lepas, tetapi tetap fokus mengejar target tertinggi. “Kami tidak ingin hanya sekadar ikut. Ini ajang terakhir kami, jadi harus dimaksimalkan,” ujar Rian penuh semangat.
Pengamat olahraga menilai kepergian Fajar/Rian akan menjadi tantangan tersendiri bagi sektor ganda putra Indonesia. Meski ada regenerasi dengan hadirnya pasangan muda seperti Leo/Daniel atau Pram/Yere, kehilangan pemain berpengalaman tentu memberi celah dalam komposisi tim. Namun, dengan transisi yang tepat, diharapkan ganda putra Indonesia tetap mampu mempertahankan dominasi di kancah dunia.
Kejuaraan Dunia BWF 2025 di Paris pun kini menjadi sorotan. Apakah Fajar/Rian mampu menutup karier dengan medali emas yang belum pernah mereka raih? Atau setidaknya memberikan penampilan terbaik sebagai persembahan terakhir untuk Merah Putih? Apa pun hasilnya, perjalanan panjang mereka sudah tercatat sebagai bagian penting dari sejarah bulutangkis Indonesia.