
Pekanbaru, 9 Agustus 2025 – Kabar baik datang dari dunia konservasi satwa liar Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan bahwa populasi harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) meningkat 15% dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Data terbaru hasil survei populasi satwa 2025 menunjukkan jumlah harimau sumatera di alam liar kini diperkirakan mencapai 640 ekor, naik signifikan dibanding 556 ekor pada 2020. Peningkatan ini disebut sebagai hasil dari intensifnya patroli anti-perburuan, rehabilitasi habitat, serta keterlibatan aktif masyarakat dalam program konservasi.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Wiratno, mengatakan bahwa keberhasilan ini tak lepas dari sinergi antara pemerintah, LSM, dan komunitas lokal. “Perangkap kamera yang dipasang di taman nasional menunjukkan adanya kelahiran anak-anak harimau di sejumlah wilayah, seperti Taman Nasional Kerinci Seblat, Bukit Barisan Selatan, dan Gunung Leuser,” ujarnya.
Program rehabilitasi hutan yang rusak akibat kebakaran dan alih fungsi lahan juga berperan besar. Di beberapa lokasi, koridor satwa yang menghubungkan habitat terpisah berhasil dipulihkan, memudahkan pergerakan harimau dalam mencari mangsa dan pasangan.
Meski begitu, tantangan masih besar. Ancaman utama bagi harimau sumatera adalah perburuan ilegal dan konflik dengan manusia akibat berkurangnya wilayah jelajah. Tahun lalu, KLHK mencatat 12 kasus konflik yang menyebabkan harimau masuk ke permukiman.
Pengamat satwa liar, Rudi Santoso, mengingatkan bahwa keberhasilan ini tidak boleh membuat semua pihak lengah. “Kenaikan populasi harus diimbangi dengan perluasan habitat dan mitigasi konflik. Kalau tidak, justru bisa memicu gesekan dengan masyarakat,” jelasnya.
Pemerintah menargetkan populasi harimau sumatera dapat tumbuh hingga 750 ekor pada 2030, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang berhasil melestarikan predator puncak di tengah tekanan perubahan lingkungan.