6 Juli 2025
Tersembunyi di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, di balik perbukitan terjal Manggarai, Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah desa adat yang menjadi ikon pariwisata budaya dan alam Indonesia Timur—Desa Wae Rebo. Dikenal dengan rumah adatnya yang unik dan pemandangan pegunungan yang memukau, desa ini menjadi tujuan spiritual dan budaya bagi para traveler yang ingin menyelami harmoni manusia dan alam.
Pesona Unik Wae Rebo
Wae Rebo hanya terdiri dari sekitar 7 rumah adat utama yang disebut Mbaru Niang, berbentuk kerucut dan terbuat dari anyaman bambu dan ijuk. Arsitektur rumah ini tidak hanya indah, tetapi juga memiliki nilai filosofis tinggi yang mencerminkan keterhubungan antar generasi dan kesatuan dalam komunitas.
Yang membuat desa ini begitu istimewa adalah lokasinya yang terpencil dan hanya bisa diakses dengan berjalan kaki selama 2–3 jam mendaki bukit dari desa terakhir, Denge. Namun, begitu tiba di Wae Rebo, pengunjung akan disambut oleh udara pegunungan yang sejuk, kabut tipis yang menyelimuti pagi hari, dan keramahan masyarakat adat Manggarai yang memegang teguh tradisi leluhur.
Aktivitas Wisata di Wae Rebo
-
Menginap di Mbaru Niang
Wisatawan dapat merasakan kehidupan tradisional dengan bermalam di salah satu rumah adat bersama warga. Makan malam disajikan secara gotong royong, dan malam hari digunakan untuk bercerita atau mendengarkan musik tradisional. -
Upacara Penyambutan “Waelu”
Setiap tamu yang datang disambut secara adat oleh tetua desa. Proses ini bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk penghormatan kepada leluhur dan simbol bahwa pengunjung diterima sebagai bagian dari keluarga besar Wae Rebo. -
Trekking dan Fotografi Alam
Jalur menuju desa menyuguhkan pemandangan hutan tropis, burung endemik, dan aliran sungai yang masih alami. Pemandangan dari puncak bukit menuju desa adalah salah satu momen paling fotogenik dalam perjalanan.
Akses dan Perjalanan
Perjalanan menuju Wae Rebo dimulai dari Labuan Bajo menuju Ruteng (sekitar 6 jam dengan mobil), kemudian ke Desa Denge. Dari sana, perjalanan dilanjutkan dengan trekking ke Wae Rebo. Tidak tersedia sinyal atau listrik modern di desa ini, sehingga pengalaman yang dirasakan benar-benar murni dan bebas dari distraksi dunia digital.
Beberapa hal yang perlu disiapkan:
-
Sepatu trekking dan jas hujan
-
Peralatan pribadi (obat, lampu senter, power bank)
-
Persiapan fisik karena jalur cukup menanjak
-
Dana tunai, karena tidak ada ATM
Etika dan Kesadaran Budaya
Sebagai desa adat yang masih memegang teguh aturan nenek moyang, wisatawan dihimbau untuk:
-
Tidak memotret upacara adat tanpa izin
-
Berpakaian sopan dan tidak merokok sembarangan
-
Menghormati area sakral dan larangan warga
-
Tidak membawa pulang benda-benda dari lingkungan desa
Pengalaman di Wae Rebo bukan hanya wisata, tapi juga pengalaman spiritual dan budaya yang membentuk rasa hormat dan kagum terhadap kehidupan tradisional yang lestari.
Penutup
Desa Wae Rebo adalah simbol harmoni antara manusia, alam, dan leluhur. Di tengah modernisasi yang serba cepat, Wae Rebo berdiri tegak sebagai saksi bahwa kesederhanaan, tradisi, dan kehidupan kolektif masih bisa menjadi fondasi kehidupan yang damai dan bermakna.